PERCOBAAN 5
PEMISAHAN
ZAT WARNA KIMIA DENGAN METODE KROMATOGRAFI KOLOM
I.
TUJUAN
PRAKTIKUM
Mampu melakukan prinsip pemisahan sampel
dan analisis dengan menggunakan metode kromatografi kolom, mempersiapkan kolom,
memisahkan, dan mengidentifikasi senyawa kimia dengan metode kromatografi
kolom.
II.
LANDASAN TEORI
Istilah
kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908), seorang ahli
botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani (chromato = penulisan dan grafe = warna). Kromatografi berarti
penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang
didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara
dua fase, yaitu fase diam (stationary)
dan fasa bergerak (mobile). Fasa diam
dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat
cair atau gas (Yazid, 2005).
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang
menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam
campuran. Alat tersebut dapat berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran
dibagian bawah kolom untuk mengendalikan aliran zat cair. Ukuran kolom
tergantung dari banyaknya zat yang akan dipindahkan. Secara umum perbandingan
panjang dan diameter kolom sekitar 8:1, sedangkan jumlah penyerapnya adalah
25-30 kali berat bahan yang akan dipisahkan. Meskipun tersedia berbagai macam
kolom dari bahan gelas, namun kadang-kadang buret juga dapat digunakan (Yazid,
2005).
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur
pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam
system yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak
secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya zat – zat itu
menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi,
partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion
(Anonim, 1995).
Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan
menggunakan adsorben yang dipack dalam kolom, dapat digunakan untuk memisahkan
sampel, mengisolasi atau memurnikan sampel selain untuk tujuan analisis.
Kromatografi kolom termasuk dalam kromatografi cair preparative. Beberapa
factor yang mempengaruhi pemisahan antara lain adsorben dan eluen yang
digunakan, panjang diameter kolom, kepolaran
pelarut (fase diam) dan
laju fase gerak(Gandjar, 2007).
Metode pemisahan kromatografi kolom memerlukan
bahan kimia yang cukup banyak sebagai fasa diam dan fasa gerak, bergantung pada
ukuran kolom gelas. Untuk melakukan pemisahan campuran dengan metode
kromatografi kolom diperlukan waktu yang relatif lama, bisa berjam-jam hanya
untuk memisahkan satu campuran. Selain itu, hasil pemisahan kurang jelas
artinya kadang-kadang sukar mendapatkan pemisahan secara sempurna karena pita
komponen yang satu bertumpang tindih dengan komponen lainnya. Masalah waktu
yang lama disebabkan laju alir fasa gerak hanya dipengaruhi oleh gravitasi
bumi. Ukuran diameter partikel yang cukup besar membuat luas permukaan fasa diam
relatif kecil sehingga tempat untuk berinteraksi antara komponen-komponen
dengan fasa diam menjadi terbatas. Apabila ukuran diameter partikel diperkecil
supaya luas permukaan fasa diam bertambah maka menyebabkan semakin lambatnya
aliran fasa gerak atau fasa gerak tidak mengalir sama sekali. Selain itu fasa
diam yang sudah terpakai tidak dapat digunakan lagi untuk pemisahan campuran
yang lain karena sukar meregenerasi fasa diam (Hendayana, 2010).
Prinsip kromatografi kolom dapat dijelaskan
dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada system multikomponen. Dalam
kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses, dimana
zat terlarut didistribusikan antara fase stationer (diam) dan fase mobil
(gerak) (Gandjar, 2007).
Kromatografi
kolom digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa. Kolom yang terbuat
dari gelas diisi dengan fase diam berupa serbuk penyerap (seperti selulosa,
silika gel, poliamida). Fase diam dialiri (dielusi) dengan fase gerak berupa
pelarut (Admin, 2009).
III.
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan antara lain seperangkat alat kromatografi kolom, kolom, statif, klem, batang pengaduk,
beaker glass, timbangan, mortir – stamper, corong pisah, pipet ukur, pipet
tetes, dan gelas ukur.
Bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan antara lainmetanil red, metanil yellow,
n-heksan, alkohol 96%,
etil asetat, aquadest, alumina, glass wool, pasir, dan kapas.
IV.
SKEMA KERJA
1. Penyiapan
Sampel dan Eluen
a. Penyiapan Sampel
|
-
ditimbang
masing – masing 0,1 gram
-
dimasukkan
ke dalam mortir
-
diaduk
homogen
|
b. Penyiapan Eluen
|
-
diambil dengan
perbandingan 1 : 1 yaitu masing – masing sebanyak 15 ml
-
|
dicampur homogen
|
-
diambil dengan
perbandingan 1 : 1 yaitu masing - masing sebanyak 15 ml
-
|
dicampur homogen
2. Penyiapan Kolom
|
-
dicuci dan dikeringkan
dengan sedikit aseton bila perlu
-
dipasang pada statif
-
|
ditutup
-
|
dimasukkan secukupnya
-
|
ditambahkan secukupnya diatas lapisan kapas
-
diambil secukupnya
-
dimasukkan ke dalam
beaker glass
-
dilarutkan dengan
bantuan n-heksan
-
|
diaduk homogen hingga terbentuk silica gel
-
-
|
dimasukkan ke dalam kolom
-
|
diketuk – ketuk untuk memampatkan alumina
-
|
dibuka untuk
membuang larutan n heksan sampai kira – kira 1 cm dibawah alumina
-
ditambahkan secukupnya
diatas lapisan alumina
![]() |
-
|
ditambahkan di atas lapisan pasir
-
|
ditambahkan di atas lapisan sampel
3. Proses Elusi
|
-
|
dimasukkan ke dalam kolom
-
dipasang pada statif diatas
kolom
![]() |
-
dibuka sampai eluen
pertama menetes sedikit demi sedikit melalui dinding kolom
![]() |
-
disediakan di
bawah kolom
-
ditampung semua
fraksi campuran yang dielusi oleh eluen pertama
![]() |
-
|
dimasukkan ke dalam corong pisah
menggantikan eluen pertama (setelah proses elusi pertama selesai)
-
disediakan
di dabwa kolom
-
|
ditampung semua fraksi campuran yang
dielusi oleh eluen kedua
V. Data Pengamatan
VI. Perhitungan
VII. Pembahasan
VIII. Kesimpulan
Untuk Laporan Selengkapnya, Silahkan download disini.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar